Semua orang tua memiliki pengharapan yang seragam terhadap anaknya, yakni jadi kebanggaan. Kalau memang bisa direngkuh dalam waktu dekat, mengapa tidak? Apalagi untuk jangka yang lebih jauh.
Seekor hewan yang baru melahirkan, anaknya langsung
dapat berdiri dan berjalan.Tidak begitu lama, sudah dapat ikut mencari makan
bersama sang ibu. Dan akhirnya dapat makan sendiri. Berbeda dengan seorang manusia,
sangat lama waktu untuk mendidik. Satu-satunya yang diketahui saat pertama kali
keluar ke muka bumi hanya menangis. Ketika kepanasan atau kedinginan, lantaran
kain pembalutnya basah, semua diselesaikan dengan menangis.
Bertahun-tahun lamanya dipelihara, digendong dan
disusui. Setiap hari dimandikan, dipeluk dan dibelai. Dikasihi dan ditimang, bahkan
disediakan ayunan, buaian dan nyanyian khusus, agar dapat tidur. Lama sekali
baru dapat membalik badan, kemudian diajar merangkak, duduk dan berdiri. Sesudah
itu barulah dapat berjalan sedikit demi sedikit, sekalipun masih sering
terjatuh.
Sesudah dapat berjalan dan bercakap serta usianya telah mencapai 4 tahun,
barulah orangtua memasukkan ke taman kanak-kanak. Kemudian sekolah tingkat
dasar, menengah hingga atas. Di usia sekolah dasar dan lanjutan, harus
menghabiskan waktu paling kurang 14 tahun. Dengan biaya besar, barulah
diharapkan dapat memperoleh selembar ijazah. Tapi selembar ijazah sekolah
lanjutan itu belum menjamin dapat bekerja dan mencari makan sendiri. Apalagi
untuk membantu orangtua yang pernah membiayai.
Melihat kronologis itu, terasalah bagi kita, betapa beratnya dan lamanya waktu
serta banyaknya biaya yang dibutuhkan mendidik manusia dibandingkan hewan. Di samping
itu betapa banyaknya pengorbanan dan tenaga orangtua mengurus anak. Biasa tidak
tidur semalam menunggu anak yang belum kembali ke rumah. Demikian pula soal
makanan. Lebih diutamakan anak dari orang tua sendiri. Semua dilakukan agar
menjadi manusia terbaik.
Dan tugas tersebut kian berat, jika yang diharap
adalah anak shaleh serta shalehah. Tetapi apa hendak dikata, sesuai kenyataan,
sekalipun orang tuanya berpangkat tinggi atau kaya serta pengajar di perguruan
tinggi, tidak sedikit yang melahirkan anak mesut (rusak). Padahal bekal
pendidikan sudah diberikan di sekolah favorit, bahkan hingga luar negeri.
Mendidik anak menjadi shaleh dan shalehah adalah termasuk pekerjaan berat. Al-Quran telah memberikan dasar pendidikan yang jika dilaksanakan dengan baik, insya Allah anaknya akan menjadi putra harapan.
Mendidik anak menjadi shaleh dan shalehah adalah termasuk pekerjaan berat. Al-Quran telah memberikan dasar pendidikan yang jika dilaksanakan dengan baik, insya Allah anaknya akan menjadi putra harapan.
Pertama, seorang ayah dalam membina keluarganya, tidak memberi makan anaknya
dari penghasilan yang tidak halal. Baik zatnya atau cara memperoleh. Diingatkan
al-Quran: “Jagalah dirimu dan keluargamu (anak-istri) dari sentuhan neraka.” (
QS. Tahrim: 6). Artinya tidak memberinya makanan yang haram, dan berusaha keras
mendidik keluarganya hidup islami. Menurut Imam al-Gazali, kalau orangtua sudah pernah memberi makan anaknya
setitik zat yang sifatnya terlarang agama, bagaimanapun usaha mendidik anak
dengan baik akan kandas karena telah ada bibit hitam di dalam tubuh anak.
Kedua, orangtua selalu mendoakan anaknya setiap selesai shalat terutama di
tengah malam. Doa yang diajarkan dalam antara lain: “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami, istri dan keturunan kami yang ‘qurrata a’yun’
(sebagai penyenang hati). Dan jadikanlah kami bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.25: 74).
Ketiga, mengikuti petunjuk pelaksanaan pendidikan yang diajarkan rasul dalam
hadis, yaitu: (1) memberi nama yang baik, memberi makan yang halal, dan menikahkan
sesudah dewasa. (2) Di waktu berusia 7 tahun sudah dilatih mengerjakan shalat.
Kemudian di usia remaja, diajarkan keterampilan, misalnya berenang, berpanah
dan menunggang kuda. Dan (3) akhirnya dinikahkan sesudah dewasa (HR Kutub
Sittah).
Akhirnya, berdasarkan uraian singkat di atas, mendambakan anak shaleh shalihah dimulai
dengan memberi nama yang baik, memberi makan halal, melatih disiplin shalat
sejak usia 7 tahun, mengajarkan keterampilan dan membiasakan taat dan sabar di
usia remaja, dan menikahkan dengan wanita yang beragama (tinggi akhlak),
setelah dewasa serta tetap mendoakan “rabbi habli min al-shalihin” (ya Tuhanku
kurniakanlah saya anak shaleh). Amin.
0 Response to "Agar Anak Tumbuh Sesuai Harapan, Perhatikan Tiga Hal Ini"
Post a Comment