Banyak yang gamang serta gusar menghadapi istri yang cerewet. Padahal kisah serupa pernah dialami amirul mukminin, Umar bin Khattab. Ketika menghadi istrinya yang kerap ngomel, panglima dan penguasa tertinggi kaum Muslimin tersebut justru diam. Mengapa beliau bersikap demikian?
Sosok amirul mukminin, Sayyidina Umar RA saja demikian tunduk dan tidak melawan ketika istrinya sedang marah,” kata KH Fahmi Amrullah, suatu ketika. Penjelasan ini disampaikan Gus Fahmi, sapaan akrabnya ketika memberikan mauidhah walimah nikah di kawasan Batan, Blaru, Badas, Pare, Kediri.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng ini, tunduk dan tidak membantahnya Umar bin Khattab terhadap celoteh sang istri berdasarkan sejumlah pertimbangan matang.
“Pertama, karena istrinyalah yang memberikan kesenangan duniawi,” kata Gus Fahmi. Lantaran sang istri yang demikian tulus melayani, maka suami tidak tergoda dengan kenikmatan di luar rumah. “Surga dunia ada pada diri istri,” terangnya.
Bahkan istri yang penuh pengertian, akan memberikan keningnya setiap saat untuk dicium sang suami. “Itu layaknya pahala mencium hajar aswad,” ungkap Gus Fahmi di hadapan hadirin yang datang.
Yang kedua, istri adalah seorang penjaga rumah terbaik. “Kalau istri di rumah, praktis pekerjaan rumah beres,” katanya. Dapat dibandingkan saat suami di rumah, maka suasana dalam rumah berantakan dan kurang teratur. Dengan sentuhan dan kerja tanpa lelah dari istri, tatanan dan kondisi rumah lebih rapid an sedap dipandang. “Sehingga kita kerasan berada di rumah lantaran peran istri,” lanjutnya.
Pertimbangan ketiga atas diamnya Umar bin Khattab adalah karena sadar bahwa istrinya telah menjadi pendidik terbaik bagi anak-anaknya. “Karena itu tidak salah kalau dikatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya,” terangnya. Dengan ketelatenan sang ibu, maka lahir anak-anak yang shaleh serta shalihah. Mengajarkan sang anak sejak dalam kandungan dengan shalawat, bacaan al-Quran serta bacaan terbaik lainnya.
“Yang keempat, istri adalah pengamat mode terbaik,” katanya. Lantaran tidak sedikit corak dan kombinasi warna bagi tampilan suami, justru lahir dari koreksi istri. “Istri kita paling tahu mana model pakaian dan warna yang pantas untuk suaminya saat pergi ke sebuah acara,” ungkapnya.
Sedangkan yang terakhir, istri adalah koki terbaik bagi suami. “Karena istri memasak dan menyajikan makanan dengan cinta, maka hidangan yang tersaji menjadi sangat lezat,” katanya. Meskipun dengan menu yang sederhana, namun lantaran saat meracik bumbu dan proses memasak dilandasi dengan cinta, maka menu yang tersaji menjamin lebih nikmat, lanjutnya.
Dengan sejumlah pertimbangan inilah, maka Sayyidina Umar RA tidak membantah, bahkan diam saat sang istri marah. “Karena itu, saat sang istri sedang cerewet, ada baiknya sang suami diam dan tidak mengimbangi dengan ungkapan yang justru memperkeruh keadaan,” pungkasnya. (s@if)
0 Response to "Menghadapi Istri Cerewet? Belajarlah Kepada Umar bin Khattab"
Post a Comment