Tidak termasuk
golonganku, kata Nabi Muhammad, orang yang tidak menghormati mereka yang lebih
tua, dan menyayangi yang lebih muda. Sebuah pesan agar umat Islam memiliki
penghormatan kepada siapapun.
Dalam
keseharian kita sering menjumpai pertengkaran, perselisihan serta perilaku
menyimpang lain yang berujung tidak harmonisnya hubungan seseorang. Padahal
andai semua kembali kepada ajaran Islam, maka akan sangat jarang atau bahkan
tidak akan ada yang namanya ketidakharmonisan tersebut. Semangat saling
menghargai demikian juga menyayangilah yang akhirnya membuat silaturahim
menjadi kekal.
Dalam
sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap pagi dan sore
Allah SWT selalu memandang wajah orang yang sudah tua, kemudian Allah SWT
berfirman: “Wahai hamba-Ku, semakin tua usiamu, semakin keriput kulitmu,
semakin lemah tulangmu, semakin dekat ajalmu, semakin dekat pula engkau bertemu
dengan-Ku. Malulah karena-Ku, karena Aku pun malu melihat ketuaanmu, dan Aku
pun malu menyiksamu di dalam neraka.”
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu sedang tergesa-gesa berjalan menuju masjid untuk melakukan jamaah shubuh. Akan tetapi dalam perjalanan - di depan beliau - ada seorang kakek tua yang berjalan dengan tenang. Kemudian Sayyidina Ali memperlambat langkah kaki tidak mendahuluinya karena memuliakan dan menghormati kakek tua tersebut. Hingga hampir mendekati waktu terbit matahari barulah beliau sampai dekat pintu masjid. Dan ternyata kakek tua tersebut berjalan terus tidak masuk ke dalam masjid, yang kemudian Sayyidina Ali akhirnya mengetahui bahwa kakek tua tersebut adalah seorang Nasrani.
Pada saat Sayyidina Ali masuk ke dalam masjid, beliau melihat Rasulullah SAW beserta jamaah sedang dalam keadaan ruku'. (Sebagaimana diketahui bahwa ikut serta ruku' bersama dengan imam berarti masih mendapatkan satu rakaat). Rasulullah SAW waktu itu memanjangkan waktu ruku'nya hingga kira-kira dua ruku'. Kemudian Sayyidina Ali ber-takbiratul ihram dan langsung ikut serta ruku'.
Setelah selesai shalat, para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah tidak biasanya engkau ruku' selama ini, ada apakah gerangan? Beliau menjawab: Pada waktu aku telah selesai ruku' dan hendak bangkit dari ruku' tiba-tiba datang malaikat Jibril AS meletakkan sayapnya di atas punggungku, sehingga aku tidak bisa bangkit dari ruku'. Para sahabatpun bertanya: Mengapa terjadi demikian? Beliau menjawab: Aku sendiri pun tidak tahu.
Kemudian datanglah Malaikat Jibril AS dan berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali waktu itu sedang bergegas menuju masjid untuk jama'ah shubuh, dan di perjalanan ada seorang kakek tua Nasrani berjalan di depannya. Ali pun tidak mengetahui kakek tua itu beragama Nasrani. Ali tidak mau mendahuluinya karena dia sangat menghormati dan memuliakan kakek tua tersebut. Kemudian aku diperintah oleh Allah SWT untuk menahanmu saat ruku' sampai Ali datang dan tidak terlambat mengikuti jama'ah shubuh. Selain itu Allah SWT juga memerintah malaikat Mikail untuk menahan matahari menggunakan sayapnya hingga matahari tidak bersinar sampai jama'ah selesai.
Hadits qudsi di atas semoga semakin menyemangati kita untuk terus menjaga hubungan baik dengan siapapun. Hal ini juga sebagai pengejawantahan dari ukhuwah insaniyah atau persaudaraan sesama manusia sebagaimana yang menjadi ajaran dari hadratus syaikh KH Hasyim Asy’ari. Karena seperti diketahui, Mbah Hasyim menggagas 3 ukhuwah yakni islamiyah, wathaniyah dan bashariyah atau insaniyah.
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu sedang tergesa-gesa berjalan menuju masjid untuk melakukan jamaah shubuh. Akan tetapi dalam perjalanan - di depan beliau - ada seorang kakek tua yang berjalan dengan tenang. Kemudian Sayyidina Ali memperlambat langkah kaki tidak mendahuluinya karena memuliakan dan menghormati kakek tua tersebut. Hingga hampir mendekati waktu terbit matahari barulah beliau sampai dekat pintu masjid. Dan ternyata kakek tua tersebut berjalan terus tidak masuk ke dalam masjid, yang kemudian Sayyidina Ali akhirnya mengetahui bahwa kakek tua tersebut adalah seorang Nasrani.
Pada saat Sayyidina Ali masuk ke dalam masjid, beliau melihat Rasulullah SAW beserta jamaah sedang dalam keadaan ruku'. (Sebagaimana diketahui bahwa ikut serta ruku' bersama dengan imam berarti masih mendapatkan satu rakaat). Rasulullah SAW waktu itu memanjangkan waktu ruku'nya hingga kira-kira dua ruku'. Kemudian Sayyidina Ali ber-takbiratul ihram dan langsung ikut serta ruku'.
Setelah selesai shalat, para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah tidak biasanya engkau ruku' selama ini, ada apakah gerangan? Beliau menjawab: Pada waktu aku telah selesai ruku' dan hendak bangkit dari ruku' tiba-tiba datang malaikat Jibril AS meletakkan sayapnya di atas punggungku, sehingga aku tidak bisa bangkit dari ruku'. Para sahabatpun bertanya: Mengapa terjadi demikian? Beliau menjawab: Aku sendiri pun tidak tahu.
Kemudian datanglah Malaikat Jibril AS dan berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali waktu itu sedang bergegas menuju masjid untuk jama'ah shubuh, dan di perjalanan ada seorang kakek tua Nasrani berjalan di depannya. Ali pun tidak mengetahui kakek tua itu beragama Nasrani. Ali tidak mau mendahuluinya karena dia sangat menghormati dan memuliakan kakek tua tersebut. Kemudian aku diperintah oleh Allah SWT untuk menahanmu saat ruku' sampai Ali datang dan tidak terlambat mengikuti jama'ah shubuh. Selain itu Allah SWT juga memerintah malaikat Mikail untuk menahan matahari menggunakan sayapnya hingga matahari tidak bersinar sampai jama'ah selesai.
Hadits qudsi di atas semoga semakin menyemangati kita untuk terus menjaga hubungan baik dengan siapapun. Hal ini juga sebagai pengejawantahan dari ukhuwah insaniyah atau persaudaraan sesama manusia sebagaimana yang menjadi ajaran dari hadratus syaikh KH Hasyim Asy’ari. Karena seperti diketahui, Mbah Hasyim menggagas 3 ukhuwah yakni islamiyah, wathaniyah dan bashariyah atau insaniyah.
Dari
ketiganyalah, menurut Ketua Umum PBNU KH Prof Dr Said Aqil Siroj akhirnya Islam
di Indonesia menjadi lebih tentram, damai dan diselimuti persaudaraan. Meskipun
berbeda keyakinan, agama, suku dan ras, tidak menjadi kendala untuk bisa hidup
secara rukun.
Demikianlah
hikmah kisah teladan Sayyidina Ali yang sangat menghormati dan memuliakan orang
yang tua walaupun beragama Nasrani. Semoga bermanfaat bagi kita semua sebagai
bagian dari upaya menciptakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur atau negeri
yang damai dengan ampunan dari Allah SWT. Wallahu a’lam. (MH/s@if)
0 Response to "Sahabat Ali Menghormati Seorang Kakek Nasrani"
Post a Comment