Hal yang juga menjadi prasyarat keharmonisan rumah tangga
adalah kemampuan dalam memberikan rasa puas kepada pasangan, termasuk dalam
hubungan sex. Bagaimana kalau suami sering “kalah”?
Seorang istri sudah semestinya taat kepada suaminya.
Namun suami juga harus memenuhi hak-hak istrinya termasuk juga di dalamnya hak
untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Dalam hubungan intim dengan istri, suami
jangan hanya mencari kepuasan diri sendiri, tetapi harus sama-sama saling
menikmati.
Jika kemudian ada masalah dalam
hubungan intim seperti pihak suami kurang bisa memuaskan istrinya karena
mengalami ejakulasi dini, hal ini harus dikonsultasikan baik-baik dengan istri
dan dicari jalan keluarnya. Misalnya dengan melakukan konsultasi kepada dokter
spesialis dan melakukan pengobatan. Dalam hal ini dukungan istri mutlak
diperlukan.
Dalam kasus ini berobat menjadi
keharusan, tetapi berdoa juga tidak kalah pentingnya. Berobat dan berdoa sudah
semestinya berjalan beriringan agar masalah ejakulasi dini dapat ditemukan
solusinya secara tepat dan cepat.
Sedangkan doa khusus yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW mengenai kasus ejakulasi dini sepanjang penelusuran
dari pelbagai literatur Islam klasik tidak ditemukan. Tetapi ada doa yang
dipanjatkan oleh Ibnul Mukadir, salah seorang tabiin, generasi setelah sahabat
Nabi Muhammad SAW. Doanya sebagai berikut: Allahumma qawwi dzakarî fa innahû
manfa’atun li ahlî.
Artinya, “Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya
hal itu bermanfaat buat istriku.”
Menurut keterangan yang terdapat
dalam kitab Faidlul Qadir karya Abdurra’uf al-Munawi, Ibnul Munkadir
memanjatkan doa agar dikuatkan dzakarnya semata-mata untuk memenuhi apa yang
menjadi hak istri. Dengan kata lain untuk memenuhi birahi istrinya. Sebab,
syahwat-birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Jika dibiarkan atau tidak
“disentuh”, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan.
Perhatikan penjelasan berikut: “Ibnul Munkadir berdoa, ‘Ya Allah, kuatkan
dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat untuk istriku’. Doa itu
dipanjatkan agar Allah menguatkan dzakar Ibnul Munkadir semata-mata untuk
memenuhi kewajibannya sebagai suami yang menjadi hak istrinya, bukan untuk
mengumbar syahwatnya. Sebab, birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Apabila
dibiarkan, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan,”
(Lihat Aburra’uf al-Munawi, Faidlul Qadir, Darul Kutub al-Ilmiyyah,
Beirut, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz, IV, h 145).
Penjelasan yang terdapat dalam
kitab Faidlul Qadir di atas sangat
menarik untuk dicermati dan diperhatikan terutama bagi para suami. Sebab, acap
kali kita mendengar berita di pelbagai media massa perselingkuhan perempuan
yang sudah bersuami dengan alasan suaminya tidak bisa memuaskan atau
membahagiakannya di ranjang. Kendati harus dicatat bahwa kekurangan suami itu
bukan alasan pembenaran atas praktik zina dan menurunnya sikap harmonis.
Editor: Syaifullah
Sumber: NU Online
Hal yang juga menjadi prasyarat keharmonisan rumah tangga
adalah kemampuan dalam memberikan rasa puas kepada pasangan, termasuk dalam
hubungan sex. Bagaimana kalau suami sering “kalah”?
Seorang istri sudah semestinya taat kepada suaminya. Namun suami juga harus memenuhi hak-hak istrinya termasuk juga di dalamnya hak untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Dalam hubungan intim dengan istri, suami jangan hanya mencari kepuasan diri sendiri, tetapi harus sama-sama saling menikmati.
Jika kemudian ada masalah dalam hubungan intim seperti pihak suami kurang bisa memuaskan istrinya karena mengalami ejakulasi dini, hal ini harus dikonsultasikan baik-baik dengan istri dan dicari jalan keluarnya. Misalnya dengan melakukan konsultasi kepada dokter spesialis dan melakukan pengobatan. Dalam hal ini dukungan istri mutlak diperlukan.
Dalam kasus ini berobat menjadi
keharusan, tetapi berdoa juga tidak kalah pentingnya. Berobat dan berdoa sudah
semestinya berjalan beriringan agar masalah ejakulasi dini dapat ditemukan
solusinya secara tepat dan cepat.
Sedangkan doa khusus yang diajarkan Nabi Muhammad SAW mengenai kasus ejakulasi dini sepanjang penelusuran dari pelbagai literatur Islam klasik tidak ditemukan. Tetapi ada doa yang dipanjatkan oleh Ibnul Mukadir, salah seorang tabiin, generasi setelah sahabat Nabi Muhammad SAW. Doanya sebagai berikut: Allahumma qawwi dzakarî fa innahû manfa’atun li ahlî.
Artinya, “Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat buat istriku.”
Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab Faidlul Qadir karya Abdurra’uf al-Munawi, Ibnul Munkadir memanjatkan doa agar dikuatkan dzakarnya semata-mata untuk memenuhi apa yang menjadi hak istri. Dengan kata lain untuk memenuhi birahi istrinya. Sebab, syahwat-birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Jika dibiarkan atau tidak “disentuh”, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan.
Perhatikan penjelasan berikut: “Ibnul Munkadir berdoa, ‘Ya Allah, kuatkan dzakarku karena sesungguhnya hal itu bermanfaat untuk istriku’. Doa itu dipanjatkan agar Allah menguatkan dzakar Ibnul Munkadir semata-mata untuk memenuhi kewajibannya sebagai suami yang menjadi hak istrinya, bukan untuk mengumbar syahwatnya. Sebab, birahi perempuan itu ada pada laki-laki. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan perempuan akan terjerumus ke dalam perzinahan,” (Lihat Aburra’uf al-Munawi, Faidlul Qadir, Darul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz, IV, h 145).
Penjelasan yang terdapat dalam kitab Faidlul Qadir di atas sangat menarik untuk dicermati dan diperhatikan terutama bagi para suami. Sebab, acap kali kita mendengar berita di pelbagai media massa perselingkuhan perempuan yang sudah bersuami dengan alasan suaminya tidak bisa memuaskan atau membahagiakannya di ranjang. Kendati harus dicatat bahwa kekurangan suami itu bukan alasan pembenaran atas praktik zina dan menurunnya sikap harmonis.
Editor: Syaifullah
Sumber: NU Online
0 Response to "Suami Sering Ejakulasi Dini? Ajarkan Bacaan Berikut"
Post a Comment