"Bantulah orang
yang tidak seberuntung dirimu… Semua jiwa memiliki rasa kemanusiaan, hanya
motivasi yang menentukan besar kecilnya rasa…"
Demikianlah ungkapan
yang sangat membekas dari dokter Dian, dokter muslimah di sebuah desa di
wilayah Selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Berbeda dengan dokter
lain, Dian rela dibayar dengan sayur-mayur. Padahal biaya pendidikan seseorang
untuk menjadi seorang dokter sangatlah mahal.
Tak jarang, pasien
membawa satu wadah berisi jagung mentah, kacang panjang, sawi, sepotong tempe
dan sejumlah hasil pertanian kepada dia sebagai ganti biaya pengobatan.
Mengapa dokter Dian mau
dengan bayaran itu? “Saya hanya ingin membantu pasien. Bagaimana rasanya kalau
kita jadi orang tidak beruntung,” kata Dian Agung Aggraeny, dokter umum yang
rela dibayar pasienya dengan sayur-mayur dan hasil bumi .
Dokter Dian, seorang ibu
dari tiga orang anak kelahiran asli Malang, 14 Februari 1977. Ia mendapatkan gelar
dokter dari Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya. Terlecut membantu warga kurang
mampu, dokter Dian pun memanfaatkan balai praktik pengobatan ibunya yang
seorang bidan desa.
Atas dasar itulah, balai
pengobatan sekaligus rumah tinggal dokter Dian di Desa Sumberpucung, Kecamatan
Sumberpucung, Kabupaten Malang disulap menjadi layaknya Puskesmas mini.
Menariknya, untuk
membantu dokter Dian menangangi antrean pasien, wanita murah senyum ini
mempekerjakan tetangga dekat rumah sebagai asisten pribadinya. Beberapa di
antaranya bahkan penyandang disabilitas.
Asisten dokter Dian
bertugas mendata nama dan riwayat pasien yang ingin berobat. Dalam sehari,
cukup banyak pasien yang memilih tenaga dokter Dian untuk diobati.
Hal itu karena dokter cantik
ini tidak pernah membebankan biaya kepada seluruh pasiennya. "Pasien yang
datang kan nggak mesti. Ada yang mampu, dan ada yang tidak mampu membayar.
Kalau nggak mampu, nggak mungkin kita tarik biaya. Saya biarkan membayar
semampunya saja,” bebernya.
Di mata dokter Dian,
tidak semua orang seberuntung dirinya. Motivasi untuk melayani warga kurang
mampu hanyalah satu dari faktor kemanusiaan saja.
“Saya ingin mengabdi di
desa. Kembali ke desa karena ini juga tempat kelahiran saya. Motivasi untuk
melayani warga kurang mampu, hanya karena faktor kemanusiaan saja. Bagaimana
rasanya kalau kita jadi orang yang tidak beruntung seperti mereka,” katanya.
Menurutnya, pasien yang
tidak mampu membayar biaya pengobatan, ia gratiskan. Namun hal itu justru
membuat pasien merasa sungkan. Alhasil, mereka justru mempunyai cara tersendiri
sebagai bentuk imbalan rasa terima kasihnya.
“Pasien yang tidak mampu
bayar saya biarkan. Saya bebaskan membayar semampunya. Dan biasanya, mereka
berinisiatif sendiri. Kadang ya itu, ada yang bayar pakai sayur-mayur atau
hasil bumi lainnya. Ya kita terima saja, karena kondisi pasien mampunya memang
seperti itu,” tutur dokter Dian sembari tersenyum.
Biasanya, pasien
menempatkan sayur-mayur dalam wadah plastik sebagai alat pembayaran. Di
dalamnya, terdapat jagung, kacang panjang, sawi hingga hasil bumi
lainnya. Dokter Dian pun justru
bersyukur. Jerih payahnya mengobati, ternyata membuat seluruh pasienya merasa
senang dan terbantu.
Sisi lain yang tak kalah
humanis adalah dokter Dian juga dikenal sebagai sahabatnya para penyandang
disabilitas di desa tersebut.
Hampir seluruh
penyandang disabilitas memilih dokter Dian jika mereka butuh pelayanan berobat.
Salah satunya, Eka Wulandari. Cukup lama Eka menjadi pasien dokter Dian. Eka
bahkan mengartikan keberadaan dokter Dian seperti malaikat tanpa sayap.
“Saya menyebutnya
malaikat tanpa sayap. Karena sering sekali dibantu dokter Dian,” terang
Eka.
Keberadaan praktek
pengobatan milik dokter Dian sangat membantu warga kurang mampu dan penyandang
disabilitas seperti dirinya.
“Sering dibantu dokter
Dian. Misalkan saya sakit, saya bawa sayuran. Pernah juga rawat inap di sini
selama tujuh hari. Sakit types, padahal kan tujuh hari dan gratis,”
kenang Eka.
Editor: Syaifullah
Sumber:
Beritajatim
0 Response to "Subhanallah, Dokter Ini Melayani Pasien dengan Bayaran Sayur"
Post a Comment