Kerap
kali orang tua memberikan makanan rendah gizi atau junk food kepada buah hati.
Hal tersebut dilakukan sebagai “imbalan” agar anak berkenan makan. Padahal junk
food cukup berbahaya.
Anak
sering memilih-milih makanan? Tetap hindari kebiasaan memberikan junk food,
hanya supaya anak makan. Sebab hal ini dapat meningkatkan risiko kegemukan pada
anak.
Menurut peneliti dari Aston University, Dr Claire Farrow, orang tua yang menjadikan junk food sebagai 'hadiah' atau cara supaya anak mau makan, tanpa sadar membuat anak-anaknya menjadi tak bisa mengendalikan rasa lapar berlebihan dan obesitas.
Anak-anak ini kelak menjadi lebih berisiko untuk menjadikan makanan tidak sehat tersebut sebagai pelampiasan saat stres atau sedang memiliki masalah.
"Orang tua kerap menjadikan makanan sebagai hadiah untuk anak, sayangnya makanan yang dipilih bukanlah makanan sehat. Ini akan membuat anak-anak mereka terbiasa untuk makan, meskipun mereka mungkin tidak sedang lapar," ujar Farrow, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (14 April 2016).
Bekerjasama dengan peneliti dari Loughborough dan Birmingham, Farrow mengamati bagaimana orang tua terbiasa memberikan makanan pada anak-anak sebagai hadiah, ketika mereka masih berusia 3-5 tahun. Sekitar dua tahun kemudian, anak-anak tersebut kembali diperiksa untuk melihat apakah ada pengaruhnya terhadap pola makan mereka saat itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih mungkin untuk menjadikan makanan sebagai pelampiasan emosi saat mereka menginjak usia 7 tahun.
"Ada baiknya orang tua lebih selektif dalam mengajarkan pola makan yang sehat untuk anak-anaknya. Dengan begitu, perkembangan emosi dan pola makan anak saat dewasa juga akan berjalan dengan baik," imbuhnya.
Menurut peneliti dari Aston University, Dr Claire Farrow, orang tua yang menjadikan junk food sebagai 'hadiah' atau cara supaya anak mau makan, tanpa sadar membuat anak-anaknya menjadi tak bisa mengendalikan rasa lapar berlebihan dan obesitas.
Anak-anak ini kelak menjadi lebih berisiko untuk menjadikan makanan tidak sehat tersebut sebagai pelampiasan saat stres atau sedang memiliki masalah.
"Orang tua kerap menjadikan makanan sebagai hadiah untuk anak, sayangnya makanan yang dipilih bukanlah makanan sehat. Ini akan membuat anak-anak mereka terbiasa untuk makan, meskipun mereka mungkin tidak sedang lapar," ujar Farrow, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (14 April 2016).
Bekerjasama dengan peneliti dari Loughborough dan Birmingham, Farrow mengamati bagaimana orang tua terbiasa memberikan makanan pada anak-anak sebagai hadiah, ketika mereka masih berusia 3-5 tahun. Sekitar dua tahun kemudian, anak-anak tersebut kembali diperiksa untuk melihat apakah ada pengaruhnya terhadap pola makan mereka saat itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih mungkin untuk menjadikan makanan sebagai pelampiasan emosi saat mereka menginjak usia 7 tahun.
"Ada baiknya orang tua lebih selektif dalam mengajarkan pola makan yang sehat untuk anak-anaknya. Dengan begitu, perkembangan emosi dan pola makan anak saat dewasa juga akan berjalan dengan baik," imbuhnya.
Sumber:
Detik
0 Response to "Bahaya Junk Food bagi Anak"
Post a Comment