Lupakan sejenak kisruh
penggusuran di kawasan ini. Tensinya akan sangat keras dikarenakan jelang
Pemilihan Kepala Daerah, tepatnya Gubernur DKI Jakarta tahun depan. Kini, simak
betapa bersejarahnya bangunan masjid di kampung ini.
Dua menara dengan ujung
lancip mencuat dari balik bangunan-bangunan pemukiman yang ada di Kampung Luar
Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.
Menara itu adalah merupakan bangunan dari Masjid Keramat Luar batang yang
berjarak sekitar 300 meter dari Museum Bahari.
Masjid Luar Batang tergolong masjid tua di Jakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1732 oleh seorang ulama berasal dari Yaman bernama Al-habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Luar Batang sebenarnya julukan bagi sang Habib yang konon katanya ketika ia wafat (1756) dan hendak dimakamkan di Tanah Abang, Jenazah beliau selalu hilang dari kurung batang (keranda dari bambu) dan kembali lagi ke kediamannya, tak jauh dari masjid.
"Pas mau dikubur, jenazah habib Husein ini selalu keluar dari kurung batang," kata Mansur Amin seorang pengurus masjid saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat pekan lalu. Kejadian itu selalu berulang hingga beberapa kali, warga akhirnya memutuskan untuk mengubur Habib Husein di Masjid tersebut. "Makanya dinamai Masjid Luar Batang,".
Masjid ini memiliki empat pintu besar dengan ujung melengkung tanpa daun pintu. Di sebelah kanan Masjid ada tiga jendela yang lebar, sedangkan sebelah kirinya ada dua makam. Makam besar yang dibungkus kain hijau bertuliskan huruf arab tersebut adalah adalah makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Di sebelahnya terletak makam muridnya bernama Haji Abdul Kadir.
Dia adalah seorang Thionghoa yang kemudian memeluk agama Islam dan membantu Habib Husein menyebarkan ajaran Islam. "Haji Kadir itu katanya orang Thionghoa katanya seorang Tionghoa yang kemudian masuk Islam dan membantu Al Habib," ujar Mansur.
Mansur menceritakan, Masjid Keramat Luar Batang bisa dirasakan sensasinya pada malam sakral. Malam tersebut jatuh saban Kamis malam atau biasa disebut malam Jumat. Di malam itu biasanya, Masjid penuh sesak dibanjiri para pengunjung. Masyarakat dari penjuru Jakarta berbondong - bondong mengunjungi rumah ibadah ini. Bahkan ada juga yang dari luar pulau Jawa.
Tidak hanya kaum Muslim. Mansur menegaskan bahwa banyak juga umat agama lain yang datang untuk berziarah ke Makam Habib Husein. Selain itu beberapa tokoh dan juga pejabat negara juga sering mendatangi makam ini memanjatkan doa dan zikir.
"Ada orang Budha yang datang kemari, pejabat, orang Tionghoa. Tempat ini bukan hanya milik umat muslim," tutur Mansur.
Menurut Mansur, Selain dijadikan tempat beribadah, Masjid Keramat Luar Batang ini menjadi sarana atau wadah dalam membantu orang di sekitar. Banyak pengunjung yang datang untuk beramal, dananya dialokasikan untuk orang - orang yang tepat sasaran. "Masjid ini memang benar - benar ada di hati masyarakat. Dari nilai sejarahnya, keramatnya, dan juga rasa sosialnya."
Masjid Luar Batang tergolong masjid tua di Jakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1732 oleh seorang ulama berasal dari Yaman bernama Al-habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Luar Batang sebenarnya julukan bagi sang Habib yang konon katanya ketika ia wafat (1756) dan hendak dimakamkan di Tanah Abang, Jenazah beliau selalu hilang dari kurung batang (keranda dari bambu) dan kembali lagi ke kediamannya, tak jauh dari masjid.
"Pas mau dikubur, jenazah habib Husein ini selalu keluar dari kurung batang," kata Mansur Amin seorang pengurus masjid saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat pekan lalu. Kejadian itu selalu berulang hingga beberapa kali, warga akhirnya memutuskan untuk mengubur Habib Husein di Masjid tersebut. "Makanya dinamai Masjid Luar Batang,".
Masjid ini memiliki empat pintu besar dengan ujung melengkung tanpa daun pintu. Di sebelah kanan Masjid ada tiga jendela yang lebar, sedangkan sebelah kirinya ada dua makam. Makam besar yang dibungkus kain hijau bertuliskan huruf arab tersebut adalah adalah makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Di sebelahnya terletak makam muridnya bernama Haji Abdul Kadir.
Dia adalah seorang Thionghoa yang kemudian memeluk agama Islam dan membantu Habib Husein menyebarkan ajaran Islam. "Haji Kadir itu katanya orang Thionghoa katanya seorang Tionghoa yang kemudian masuk Islam dan membantu Al Habib," ujar Mansur.
Mansur menceritakan, Masjid Keramat Luar Batang bisa dirasakan sensasinya pada malam sakral. Malam tersebut jatuh saban Kamis malam atau biasa disebut malam Jumat. Di malam itu biasanya, Masjid penuh sesak dibanjiri para pengunjung. Masyarakat dari penjuru Jakarta berbondong - bondong mengunjungi rumah ibadah ini. Bahkan ada juga yang dari luar pulau Jawa.
Tidak hanya kaum Muslim. Mansur menegaskan bahwa banyak juga umat agama lain yang datang untuk berziarah ke Makam Habib Husein. Selain itu beberapa tokoh dan juga pejabat negara juga sering mendatangi makam ini memanjatkan doa dan zikir.
"Ada orang Budha yang datang kemari, pejabat, orang Tionghoa. Tempat ini bukan hanya milik umat muslim," tutur Mansur.
Menurut Mansur, Selain dijadikan tempat beribadah, Masjid Keramat Luar Batang ini menjadi sarana atau wadah dalam membantu orang di sekitar. Banyak pengunjung yang datang untuk beramal, dananya dialokasikan untuk orang - orang yang tepat sasaran. "Masjid ini memang benar - benar ada di hati masyarakat. Dari nilai sejarahnya, keramatnya, dan juga rasa sosialnya."
Sumber: Merdeka
0 Response to "Di Balik Keramatnya Masjid Kampung Luar Batang"
Post a Comment