Indonesia
dituntut terus memacu diri meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dengan
pengetahuan dan keahlian. Pada saat yang sama juga harus diimbangi dengan
perilaku terpuji seperti sopan dan santun.
Menteri
Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ada empat fungsi yang mesti ada
dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu taklim, tadris, takdib, serta tarbiyah.
“Empat
fungsi yang mesti ada dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu taklim, tadris,
takdib, serta tarbiyah,” ujar Mensos ujar usai menjadi keynote speaker pada wisuda
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ke-85 di Surabaya, Jawa Timur, Minggu
(3 April 2016).
Fungsi
taklim, kata Mensos, adalah mengajarkan atau transfer ilmu, tadris
mengulang-ulang hingga paham, takdib mengajarkan moralitas dan akhlak baik,
serta tarbiyah terjadi pengasuhan dalam pross pendidikan.
“Lebih
60 persen prodi di Unesa di bidang pendidikan, sehingga menjadi tantangan
agar anak-anak bisa beradab dan tidak dibesarkan oleh gadget,” ucapnya.
Mencari
ilmu adalah proses panjang, seumur hidup mulai ayunan hingga liang lahat
(mati). Untuk mewujudkan itu diperlukan adanya Penelitian dan Pengembangan atau
Research and Development (R&D).
“Dibandingkan
negara lain, dana riset Indonesia belum sampai 1 persen, dari anggaran
pemerintah maupun private public sector,” katanya.
Hasil
berbagai produk penelitian banyak yang dibeli oleh pihak negara asing, karena
masih rendahnya penghargaan terhadap riset dan para ilmuwan dalam negeri.
“Patut
disayangkan banyak hasil produk penelitian yang dibeli oleh pihak asing sebagai
dampak dari rendahnya penghargaan terhadap para ilmuwan,” tandasnya.
Di
era yang penuh persaingan ini kompetisi antarbangsa semakin ketat sehingga
adanya Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas terutama dari para ilmuwan merupakan
bagian dari penguatan karakter bangsa.
“Perlu
didorong agar produk penelitian dilanjutkan dan SDM bisa berkompetisi di
berbagai lini. Terlebih kini ada Trans Pasific Partnership Agreement dan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus lebih serius lagi disikapinya,” tandasnya.
“Sebesar
satu persen dari anggaran pemerintah Rp 100 triliun, jangan kalah dengan
negara-negara tetangga yang telah memberikan perhatian lebih,” ujarnya.
Selain
itu, sejatinya pendidikan bisa secara instrinsik sejalan dengan moral atau
akhlak baik. Artinya, generasi muda tidak hanya pintar dan cerdas tapi baik
pula secara moralitas dan sopan dan santun.
“Sejatinya,
pendidikan sejalan dengan moralitas atau sopan dan santun, sehingga ada terjadi
sistem yang terintegrasi atau intregrated system,” tandasnya.
Sistem
yang terintegrasi pada tingkat SD, SMP dan SMA, misalnya, ketika diberikan mata
pelajaran fisika, biologi dan matematika bisa diintregrasikan dengan nilai-nilai
moralitas dan spiritualitas.
“Pemberian
materi pelajaran seperti fisika, biologi dan matematika bisa diintegrasikan
dengan nilai-nilai moral dan spiritualitas. Itulah yang disebut dengan
integrated system,” katanya, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com,
Senin (4 April 2016).
Sumber: Liputan6
0 Response to "Khofifah Indar Parawansa: Generasi Muda Tak Hanya Pintar, Juga Jaga Moralitas"
Post a Comment