Ada
banyak aral dan cobaan yang akan dihadapi perempuan yang telah menikah. Dari
persoalan eksistensi diri, berbagi dengan anak dan suami, hingga masyarakat di sekitarnya.
Jika
Anda adalah seorang perempuan yang telah menikah, secara otomatis Anda dan
pasangan akan saling berbagi waktu dan tugas untuk dikerjakan. Anda juga
bekerja dan suami membantu melakukan pekerjaan rumah.
Dilansir
dari womansday.com, Selasa (17 Mei 2016), hal terberat yang
dialami seorang perempuan setelah menikah, bukanlah tentang pekerjaan. Jika
Anda telah memiliki buah hati, ini juga bukan tentang merawat anak, tapi
tentang menjadi seorang istri.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada kaum perempuan yang telah menikah dan memiliki
anak, mereka mengaku memiliki hubungan emosional yang jauh, selain dari
keluarganya sendiri.
Anda
sering merasa kelelahan, tidak memiliki cukup tenaga untuk menceritakan
pengalaman Anda atau sekadar berbincang-bincang dengan tetangga. Ketika
anak-anak telah tertidur di malam hari, Anda hanya ingin ikut tertidur, saat
suami mengajak Anda makan malam di luar.
Hal
ini mungkin terdengar normal bagi semua perempuan yang telah menikah. Namun
sadarkah Anda bahwa tampaknya kekuatan pernikahan terbesar ada pada kaum perempuan?
Ketika suami merasa stres, Anda bersedia duduk hingga larut malam mendengar
keluh kesahnya. Ketika anak merajuk, Anda rela berkeliling kota hanya untuk
membuatnya tenang. Anda melakukan begitu banyak hal secara fisik dan emosional.
Cobalah
mencari di internet cara untuk mempertahankan sebuah pernikahan, maka
jawabannya akan didominasi oleh perempuan. Hampir semua artikel akan
menyarankan hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang perempuan.
Hubungan
pernikahan terasa membosankan? Maka tugas seorang perempuan juga untuk menjaga
komunikasi lebih baik, melakukan hubungan seks lebih banyak, memberikan lebih
banyak sentuhan pada pasangan, dan semuanya akan kembali normal.
Namun,
bukan berarti kaum pria tidak mengambil andil apapun sebagai suami dalam sebuah
hubungan pernikahan. Harus ada pembagian yang adil dan tegas dalam hal-hal yang
melibatkan fisik dan emosional.
Masyarakat
umum saat ini sering berpikiran bahwa seorang perempuan yang bertugas menjadi
istri sekaligus ibu adalah orang suci yang tidak pernah melakukan kesalahan.
Mereka memang berkorban banyak dalam sebuah hubungan pernikahan, namun
kesetaraan tetap menjadi hal terbaik.
Intinya,
seorang istri yang baik adalah perempuan
yang tahu bagaimana menempatkan dirinya untuk keluarga dan untuk lingkungan
sosial di sekitarnya.
Sumber: Liputan6
0 Response to "Berupaya Menjadi Istri Harapan"
Post a Comment