Anak-anak semakin
akrab dengan gadget. Hampir dapat dipastikan, mereka yang masih usia sekolah
dasar telah lihai memainkan alat komunikasi ini. Bahkan tidak sedikit orang tua
yang mengenalkan alat tersebut kepada buah hati yang masih belia.
Gadget atau gawai
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak-anak. Mereka mudah sekali
akrab dengan fitur yang ditawarkan. Tak heran, mereka juga beradaptasi dengan
lingkungan yang banyak menggunakan gawai. Ketahuilah, anak-anak yang lahir
dalam rentang 1995-2010 adalah Generasi Z, generasi yang kerap berinteraksi
dengan Internet.
Tidak masalah orang tua memperkenalkan gawai sejak dini. Yang perlu diperhatikan adalah pemakaian gadget yang harus tetap didampingi orang tua. Serta pembatasan durasi pemakaian sesuai dengan perkembangan usia anak. Pembatasan bertujuan mencegah ketergantungan anak terhadap gawai serta memberi kesempatan beraktivitas fisik.
Psikolog Anna Surti Ariani menilai positif pembatasan tablet dan telepon pintar bagi anak. “Kalau terlalu asyik bermain, anak menjadi cuek kepada orang lain,” ujarnya. Jika sikap cuek itu dibiarkan, akan berujung pada tergerusnya kepedulian dan empati anak terhadap lingkungan.
Sebaiknya anak usia di bawah 4 tahun jangan terlalu sering berinteraksi dengangadget. Musababnya, radiasi pada gawai dapat menghambat pertumbuhan neuron saraf anak.
Menurut psikolog pendidikan dan anak, Elizabeth Santoso, ada aturan berbeda antara pemakaian gadget pada anak yang sudah masuk sekolah dasar dan anak balita. Pada anak usia sekolah dasar, screen time harus dibatasi karena mereka perlu mengerjakan pekerjaan rumah dan punya banyak aktivitas lain, seperti les. Mereka harus ditekankan mengenai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan aktivitas tersebut. Paling tidak, dalam sepekan, screen time cukup pada hari libur saja.
Adapun untuk balita, waktunya bisa lebih banyak karena aktivitas mereka pun belum seberapa. Namun perlu diperhatikan jika anak mulai menunjukkan gejala ketagihan alias adiksi. Indikasinya, anak jadi mengalami tantrum saat gawai dimatikan, nilai akademis menurun, dan enggan bermain di tempat umum.
Kunci pembatasan ada pada orang tua. Orang tua adalah model bagi anaknya. Anak akan melakukan hal serupa jika orang tua melakukannya. Anak akrab dengan gadgetkarena orang tuanya pun akrab dengan gadget.
Pembatasan waktu ini dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Anak mempunyai ruang beraktivitas fisik dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Orang tua pun lebih punya banyak waktu berkualitas untuk bermain bersama anak. Dengan aplikasi yang tepat, gawai membuat anak lebih cepat belajar. Bahkan anak bisa belajar bahasa asing dari aplikasi yang berbeda.
Tidak masalah orang tua memperkenalkan gawai sejak dini. Yang perlu diperhatikan adalah pemakaian gadget yang harus tetap didampingi orang tua. Serta pembatasan durasi pemakaian sesuai dengan perkembangan usia anak. Pembatasan bertujuan mencegah ketergantungan anak terhadap gawai serta memberi kesempatan beraktivitas fisik.
Psikolog Anna Surti Ariani menilai positif pembatasan tablet dan telepon pintar bagi anak. “Kalau terlalu asyik bermain, anak menjadi cuek kepada orang lain,” ujarnya. Jika sikap cuek itu dibiarkan, akan berujung pada tergerusnya kepedulian dan empati anak terhadap lingkungan.
Sebaiknya anak usia di bawah 4 tahun jangan terlalu sering berinteraksi dengangadget. Musababnya, radiasi pada gawai dapat menghambat pertumbuhan neuron saraf anak.
Menurut psikolog pendidikan dan anak, Elizabeth Santoso, ada aturan berbeda antara pemakaian gadget pada anak yang sudah masuk sekolah dasar dan anak balita. Pada anak usia sekolah dasar, screen time harus dibatasi karena mereka perlu mengerjakan pekerjaan rumah dan punya banyak aktivitas lain, seperti les. Mereka harus ditekankan mengenai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan aktivitas tersebut. Paling tidak, dalam sepekan, screen time cukup pada hari libur saja.
Adapun untuk balita, waktunya bisa lebih banyak karena aktivitas mereka pun belum seberapa. Namun perlu diperhatikan jika anak mulai menunjukkan gejala ketagihan alias adiksi. Indikasinya, anak jadi mengalami tantrum saat gawai dimatikan, nilai akademis menurun, dan enggan bermain di tempat umum.
Kunci pembatasan ada pada orang tua. Orang tua adalah model bagi anaknya. Anak akan melakukan hal serupa jika orang tua melakukannya. Anak akrab dengan gadgetkarena orang tuanya pun akrab dengan gadget.
Pembatasan waktu ini dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Anak mempunyai ruang beraktivitas fisik dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Orang tua pun lebih punya banyak waktu berkualitas untuk bermain bersama anak. Dengan aplikasi yang tepat, gawai membuat anak lebih cepat belajar. Bahkan anak bisa belajar bahasa asing dari aplikasi yang berbeda.
Sumber: Tempo
0 Response to "Usia Berapa Anak Boleh Gunakan Gadget?"
Post a Comment