Kaum muslimin yang akan
berpuasa, disarankan menghindari makan mi instan ketika sahur. Kalaupun
terpaksa, berikut yang harus diperhatikan agar tidak membahayakan kesehatan
tubuh.
Dalam keadaan
terpaksa, semisal karena bangun kesiangan atau warung-warung nasi di akhir
Ramadan yang sudah mulai tutup, mi instan sering menjadi pilihan terakhir untuk
makan sahur. Namun apakah ini dapat dibenarkan?
dr Andry Hartono, SpGK, dari RS Panti Rapih Yogyakarta menjelaskan, pada dasarnya mi instan memang tidak menyehatkan, terutama pada zat aditif yang digunakan bahan makanan tersebut.
"Pertama di aditifnya, benzoat. Kedua, dia pakai pengawet minyaknya tuh, TBHQ. Meskipun di ahli gizi mengatakan itu acceptable daily intake tapi tetep ada yang menganggapnya karsinogen," paparnya kepada detikHealth.
Untuk mengurangi dampak mengonsumsi mi instan, ia punya trik mudah, yaitu membuang air bekas rebusan mi dan tidak menggunakan minyaknya.
"Kasih aja banyak sayuran sebagai antioksidan dan telur," imbuhnya.
Pendapat senada disampaikan nutrisionis dari RSUP Dr Sardjito, Retno Pangastuti, DCN, M.Kes., "Nggak apa-apa, tapi usahakan tetap ada protein yang masuk. Telur, tahu atau apa. Kemudian akan lebih bagus lagi ada sayur, entah itu tauge atau sawi," jelasnya.
Menurutnya, mengonsumsi mi instan bukannya dilarang, tetapi tidak sesuai dengan prinsip dengan gizi seimbang karena hanya terdiri atas karbohidrat dan sedikit lemak.
"Serat nggak ada, mineral nggak ada. Tapi kalau kepepet ya gimana lagi," ucapnya.
Alternatif lainnya adalah menambah serat dengan makan buah. Akan lebih baik jika buah dikonsumsi langsung atau buah potong. Buah yang banyak seratnya juga beragam, seperti jeruk, anggur, jambu, apel, pir dan mangga, terutama yang manis.
"Dipotong lalu dimasukin ke kulkas ya nggak masalah. Itu kan hanya mengawetkan, tapi kalau bisa dimakan secepatnya. Kecuali jus, kalau ingin merasakan manfaat kesehatan paling nggak satu jam (setelah dibuat, red)," saran Retno.
dr Andry Hartono, SpGK, dari RS Panti Rapih Yogyakarta menjelaskan, pada dasarnya mi instan memang tidak menyehatkan, terutama pada zat aditif yang digunakan bahan makanan tersebut.
"Pertama di aditifnya, benzoat. Kedua, dia pakai pengawet minyaknya tuh, TBHQ. Meskipun di ahli gizi mengatakan itu acceptable daily intake tapi tetep ada yang menganggapnya karsinogen," paparnya kepada detikHealth.
Untuk mengurangi dampak mengonsumsi mi instan, ia punya trik mudah, yaitu membuang air bekas rebusan mi dan tidak menggunakan minyaknya.
"Kasih aja banyak sayuran sebagai antioksidan dan telur," imbuhnya.
Pendapat senada disampaikan nutrisionis dari RSUP Dr Sardjito, Retno Pangastuti, DCN, M.Kes., "Nggak apa-apa, tapi usahakan tetap ada protein yang masuk. Telur, tahu atau apa. Kemudian akan lebih bagus lagi ada sayur, entah itu tauge atau sawi," jelasnya.
Menurutnya, mengonsumsi mi instan bukannya dilarang, tetapi tidak sesuai dengan prinsip dengan gizi seimbang karena hanya terdiri atas karbohidrat dan sedikit lemak.
"Serat nggak ada, mineral nggak ada. Tapi kalau kepepet ya gimana lagi," ucapnya.
Alternatif lainnya adalah menambah serat dengan makan buah. Akan lebih baik jika buah dikonsumsi langsung atau buah potong. Buah yang banyak seratnya juga beragam, seperti jeruk, anggur, jambu, apel, pir dan mangga, terutama yang manis.
"Dipotong lalu dimasukin ke kulkas ya nggak masalah. Itu kan hanya mengawetkan, tapi kalau bisa dimakan secepatnya. Kecuali jus, kalau ingin merasakan manfaat kesehatan paling nggak satu jam (setelah dibuat, red)," saran Retno.
Sumber: Detik
0 Response to "Bolehkah Sahur dengan Mi Instan?"
Post a Comment