Dengan kemampuan rekam yang dimiliki, bayi mampu
menyimpan segala hal. Apa yang didengar dan dilihat akan berpengaruh pada
perkembangannya kelak.
Saat anak masih bayi, tak sedikit orang dewasa yang
mengira mereka tidak akan ingat apa yang dilakukan orang tuanya kepada dia.
Padahal, itu keliru.
Sudah semestinya, orang tua bersikap baik pada anak karena semuanya tercatat oleh anak. Demikian disampaikan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiatri Dr dr Nurmiati Amir SpKJ(K) atau dr Eti.
"Seringkali orang dewasa berpikir bahwa bayi tidak akan ingat ketika kita pernah mengasari, memukul. Padahal, sebenarnya dari teori neurologi tidak ada yang tidak dicatat oleh anak," kata dr Eti usai temu media 'Cegah Gangguan Jiwa Akibat Bencana Psikososial' di Cimandiri One, Cikini, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Dr Eti menjelaskan, ada memory unconscious yang tidak disadari oleh anak tapi dia merekamnya. Nah, suatu saat ketika memori itu teraktivasi misalnya dia mengalami masalah, maka akan cepat timbul reaksi berupa perasaan tidak nyaman atau cemas misalnya.
Untuk itu, dr Eti menekankan bagi para orang tua untuk senantiasa memperlakukan anak dengan penuh kehangatan serta beri mereka kepercayaan bahwa orang tua ada untuk dia. Misalnya saja tidak membiarkan anak terlalu lama menangis sampai menjerit-jerit.
"Hubungan orang tua dan anak itu kan, di otak kita semacam ada mirror, cermin. Jadi kalau ortu sedih, otak anak yang melihat akan ikut sedih jadinya lama-lama dia akan belajar sedih. Kalau ortu selalu cemas, kan terlihat oleh anak, jadi anak belajar cemas dan suatu saat dia bisa berkembang jadi orang yang mudah cemas, tidak percaya diri," tutur dr Eti.
Kemudian, misalnya ibu depresi, sudah pasti akan berpengaruh pada sang anak. Seperti diketahui, orang yang depresi cenderung malas, sedih, tidak bertenaga, bahkan mengisolasi diri. Nah, menurut dr Eti kondisi itu tentunya akan berpengaruh ke anak di mana ibu tidak akan merawat anak dengan baik dan itu bisa berpengaruh ke kondisi fisik dan jiwa anak.
Sudah semestinya, orang tua bersikap baik pada anak karena semuanya tercatat oleh anak. Demikian disampaikan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiatri Dr dr Nurmiati Amir SpKJ(K) atau dr Eti.
"Seringkali orang dewasa berpikir bahwa bayi tidak akan ingat ketika kita pernah mengasari, memukul. Padahal, sebenarnya dari teori neurologi tidak ada yang tidak dicatat oleh anak," kata dr Eti usai temu media 'Cegah Gangguan Jiwa Akibat Bencana Psikososial' di Cimandiri One, Cikini, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Dr Eti menjelaskan, ada memory unconscious yang tidak disadari oleh anak tapi dia merekamnya. Nah, suatu saat ketika memori itu teraktivasi misalnya dia mengalami masalah, maka akan cepat timbul reaksi berupa perasaan tidak nyaman atau cemas misalnya.
Untuk itu, dr Eti menekankan bagi para orang tua untuk senantiasa memperlakukan anak dengan penuh kehangatan serta beri mereka kepercayaan bahwa orang tua ada untuk dia. Misalnya saja tidak membiarkan anak terlalu lama menangis sampai menjerit-jerit.
"Hubungan orang tua dan anak itu kan, di otak kita semacam ada mirror, cermin. Jadi kalau ortu sedih, otak anak yang melihat akan ikut sedih jadinya lama-lama dia akan belajar sedih. Kalau ortu selalu cemas, kan terlihat oleh anak, jadi anak belajar cemas dan suatu saat dia bisa berkembang jadi orang yang mudah cemas, tidak percaya diri," tutur dr Eti.
Kemudian, misalnya ibu depresi, sudah pasti akan berpengaruh pada sang anak. Seperti diketahui, orang yang depresi cenderung malas, sedih, tidak bertenaga, bahkan mengisolasi diri. Nah, menurut dr Eti kondisi itu tentunya akan berpengaruh ke anak di mana ibu tidak akan merawat anak dengan baik dan itu bisa berpengaruh ke kondisi fisik dan jiwa anak.
Sumber: Detik
0 Response to "Waspada, Bayi Bisa “Rekam” Pertengkaran Orangtua"
Post a Comment